Aksi Nyata Modul 1.2 Refleksi Pembelajaran Wujud Nilai Diri Guru Penggerak
Refleksi Pembelajaran Wujud
Nilai Diri Guru Penggerak
Ni Wayan Eka
Pratiwi
SMA Negeri 1 Bebandem
Email: echatika29@gmail.com
ABSTRAK
Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran. Seorang calon guru penggerak harus mampu
melakukan analisis posisi dirinya. Berdasarkan hasil
analisis posisi diri sendiri, ternyata terdapat indikator kompetensi yang belum
tumbuh dalam diri sehingga perlu dikembangkan. Indikator tersebut adalah
melakukan refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada
murid. Refleksi pembelajaran merupakan suatu proses reviuw terhadap pelaksanaan
pembelajaran. Dilaksanakan secara kritis untuk mendapatkan deskripsi, hasil
analisis, dan evaluasi suatu pembelajaran. Refleksi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik adalah refleksi pembelajaran yang dilakukan dengan menggali
respon siswa terhadap pembelajaran. Tidak banyak guru yang berani dan lapang
dada menerima umpan balik dari siswanya tentang pembelajaran yang dilakukan. Padahal
refleksi itu paling baik jika bersumber dari siswa. Siswalah yang paling tahu
apakah pembelajaran yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan kebutuhannya
atau tidak. Untuk itu dilakukan refleksi pembelajaran di Kelas XI MIPA SMAN 1 Bebandem
dengan kuesioner google form. Hasil refleksi selanjutnya dianalisis, diinterpretasi,
dan dievaluasi untuk menentukan kelemahan pembelajaran sebelumnya sehingga
dapat ditentukan langkah selanjutnya yang terkait dengan pembelajaran. Secara
umum pembelajaran kimia di SMAN 1 Bebandem sudah baik. Berdasarkan hasil analisis,
interpretasi, evaluasi tersebut selanjutnya dibuat rencana perbaikan
pembelajaran. Masukkan siswa terhadap pembelajaran kimia yang lebih baik
kedepannya adalah sediakan bahan ajar cetak, video dan suara yang dapat dipilih
siswa, kirim link ke WhatsApp selain ke google classroom untuk mengingatkan
siswa, perbanyak kegiatan vicon diskusi pemecahan masalah dan perbanyak latihan
penerapan konsep. Berdasarkan hasil refleksi tersebut disusun rencana perbaikan
pembelajaran yang mengakomodasi hasil refleksi siswa.
Kata kunci : refleksi, guru penggerak, pembelajaran
Latar Belakang
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas guru. Salah satu program
pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru adalah program guru penggerak. Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan bagi
guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Kompetensi yang harus dimiliki guru penggerak
adalah mengembangkan diri sendiri dan orang lain, memimpin pembelajaran,
memimpin manajemen sekolah dan memimpin pengembangan sekolah. Setiap kompetensi
memiliki indiktor masing-masing.
Seorang calon guru
penggerak harus mampu melakukan analisis posisi dirinya. Berdasarkan
hasil analisis posisi diri sendiri, ternyata terdapat indikator kompetensi yang belum
tumbuh dalam diri sehingga perlu dikembangkan. Indikator tersebut adalah
melakukan refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada
murid.
Seorang pendidik harus mampu
melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Keharusan
pelaksanaan refleksi pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik
yang harus dilakukan oleh pendidik yang professional. Pendidik dituntut untuk
dapat melaksanakan kegiatan refleksi terhadap pembelajaran yang telah
dilaksanakan di kelas, dan memanfaatkan hasil refleksi tersebut untuk perbaikan
dan pengembangan mata pelajaran yang diampu.
Penggunaan refleksi
sebagai sarana untuk membantu guru belajar dari pengalaman telah diperkenalkan
John Dewey sejak tahun 1900-an. Menurut Knowles & Cole (1994) refleksi
adalah proses inkuiri yang dilakukan secara kritis dan terus menerus terhadap suatu
kebiasan atau prilaku pendidik dalam pembelajaran yang dimaksudkan untuk
memperbaiki pembelajaran yang dilakukannya.
Menurut Reid (1995) refleksi adakah suatu proses mereviuw pengalaman pembelajaran oleh pendidik. Cara pelaksanaannya antara lain dengan mendeskripsikan, menganalisis, serta mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan oleh seorang pendidik. Menurut Osterman & Kottkamp (2000) dipandang kegiatan reflektif sebagai dasar untuk pengembangan kompetensi professional yang tertinggi dalam praktik pengajaran yang kompleks. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa refleksi pembelajaran merupakan suatu proses reviuw terhadap pelaksanaan pembelajaran. Dilaksanakan secara kritis untuk mendapatkan deskripsi, hasil analisis, dan evaluasi suatu pembelajaran.
Aspek yang menjadi objek dalam pelaksanaan refleksi dapat berupa metode atau model pembelajaran yang sudah digunakan, materi ajar, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang telah diterapkan. Pelaksanaan refleksi dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran akan berakhir atau pada kegiatan penutup pembelajaran.
Refleksi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah refleksi pembelajaran yang dilakukan dengan menggali respon siswa terhadap pembelajaran. Tidak banyak guru yang berani dan lapang dada menerima umpan balik dari siswanya tentang pembelajaran yang dilakukan. Padahal refleksi itu paling baik jika bersumber dari siswa. Siswalah yang paling tahu apakah pembelajaran yang dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan kebutuhannya atau tidak.
Hasil refleksi selanjutnya dianalisis, diinterpretasi, dan dievaluasi untuk menentukan kelemahan pembelajaran sebelumnya sehingga dapat ditentukan langkah selanjutnya yang terkait dengan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, interpretasi, evaluasi tersebut selanjutnya dibuat rencana perbaikan pembelajaran.
Deskripsi Aksi Nyata yang Dilakukan
Sesuai latar belakang di atas, aksi nyata yang dilakukan ada yaitu refleksi pembelajaran kimia di kelas XI MIPA Tahun Pelajaran 2020/2021. Rancangan tindakan aksi nyata ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi diri tersebut yaitu memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid. Refleksi pembelajaran yang berpusat pada murid dilakukan dengan instrumen refleksi yang terdiri dari 10 pertanyaan. Kuesioner dibuat pada google form.
Gambar 1 Kuesioner Refleksi Pembelajaran
Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan menyebar kuesionar secara online kepada murid. Kuesioner dikirimkan kepada murid melalui WhatsApp kelas untuk ditanggapi murid. Hasil kuesioner selanjutnya dianalisis, diinterpretasi, dan dievaluasi. Hasilnya dijadikan dasar untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Hasil Aksi Nyata
Jumlah responden
refleksi pembelajaran adalah sebagai berikut.
Gambar 2 Responden Refleksi Pembelajaran
Hasil refleksi
pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut.
(1)
Hasil
refleksi bahan ajar yang diberikan selama pembelajaran dari rumah (pandemi
covid-19).
Gambar 3. Hasil Refleksi Bahan Ajar yang Dipergunakan
Hasil refleksi menunjukkan sebagian besar siswa
menganggap bahan ajar yang diberikan relevan terhadap pembelajaran.
(2)
Hasil
refleksi media pembelajaran yang diberikan selama pembelajaran dari rumah
(pandemi covid-19).
Gambar 4. Hasil Refleksi Media Pembelajaran yang Dipergunakan
Hasil refleksi menunjukkan sebagian besar siswa
menganggap media yang diberikan membantu pembelajaran.
(3)
Hasil
refleksi lembar kerja yang diberikan selama pembelajaran dari rumah (pandemi
covid-19).
Gambar 5. Hasil Refleksi Lembar Kerja yang Dipergunakan
Hasil refleksi menunjukkan sebagian besar siswa
menganggap lembar kerja yang diberikan relevan terhadap pembelajaran.
(4)
Hasil
refleksi cara guru mengelola pembelajaran
Gambar 6. Hasil Refleksi Cara Guru Mengelola Pembelajaran
Hasil refleksi menunjukkan sebagian besar siswa
menganggap guru mampu mengelola pembelajaran dengan katagori baik dan sangat
baik.
(5)
Hasil
refleksi instruksi yang diberikan dalam pembelajaran
Gambar 7. Hasil Refleksi Instruksi yang Diberikan Selama Pembelajaran
Hasil refleksi menunjukkan sebagian besar siswa
menganggap intruksi yang diberikan jelas.
(6)
Hasil
refleksi penilaian pembelajaran yang dilakukan.
Gambar 8. Hasil Refleksi Penilaian Pembelajaran
Hasil refleksi menunjukkan sebagian besar siswa
menganggap penilaian pembelajaran yang dilakukan sudah sesuai.
(7)
Hasil
refleksi pembelajaran kimia secara keseluruhan.
Gambar 9. Hasil Refleksi Pembelajaran Kimia Secara Keseluruhan
Hasil refleksi menunjukkan sebagian besar siswa (89,2%) menganggap pembelajaran kimia yang diberikan tidak memberatkan siswa.
(8)
Terdapat 10,8%
siswa menganggap pembelajaran kimia memberatkan, alasan siswa menganggap pembelajaran
kimia tersebut memberatkan adalah karena dilaksanakan online sehingga mereka
kurang mengerti dan kurang mampu mengikuti pembelajaran. Tugas yang diberikan
bersamaan dengan tugas mata pelajaran lain sehingga siswa kelebihan beban
tugas. Sinyal siswa jelek sehingga saat vicon sulit mengikuti.
(9)
Hasil
refleksi pilihan pembelajaran yang paling disukai siswa.
Gambar 10. Hasil Refleksi Pilihan Pembelajaan yang Paling disukai Siswa
Hasil refleksi menunjukkan sebagian besar siswa
menyukai pembelajaran kimia yang dilakukan dengan mendengarkan video yang
dibuat sendiri oleh guru.
(10) Masukkan
siswa terhadap pembelajaran kimia yang lebih baik kedepannya adalah sediakan
bahan ajar cetak, video dan suara yang dapat dipilih siswa. Kirim link ke WhatsApp
selain ke google classroom untuk mengingatkan siswa. Perbanyak kegiatan vicon
diskusi pemecahan masalah. Perbanyak latihan penerapan konsep.
Berdasarkan hasil refleksi tersebut disusun rencana perbaikan pembelajaran yang mengakomodasi hasil refleksi siswa. Pada pembelajaran selanjutnya sesuai dengan refleksi siswa pembelajaran kimia akan dilakukan dengan menyediakan konten bahan ajar (video, bahan ajar cetak) di LMS siswa, diskusi dilaksanakan untuk aplikasi masalah via vicon atau WhatsApp, tagihan proyek sesuai dengan karakteristik siswa dan evaluasi dilaksanakan via google formulir.
SIMPULAN
Guru penting melakukan refleksi pembelajaran. Dengan refleksi
pembelajaran guru dapat merancang pembelajaran yang
berpihak kepada murid.
DAFTAR PUSTAKA
Knowles, J.G dan Coe. A.L., 1994.
Teacher Educators Reflecting on Writing in Practice dalam Russell, T. dan
Korthagen, F (Ed.) Teachers who Teach Teacher: Reflections on Teacher Education
(71-94). Ontario: Routledge
Osterman, K.F., & Kottkamp, R.B.
(1993). Reflective practice for educators: Improving scholling through professional
development. Newbury Park, CA: Corwin.
Reid, J. M. (1995). Learning styles in the ESL/EFL classroom.
Florence, KY: Heinle & Heinle Publishers.
wow tulisannya bagus sekali. keren bu
BalasHapusterimakasih pak
Hapus