Kerangka Pembelajaran Sesuai dengan Pemikiran KHD yang dapat Diimplementasikan Pada Konteks Lokal (Budaya) Daerah Bali
Kerangka Pembelajaran Sesuai dengan Pemikiran KHD yang
dapat Diimplementasikan Pada Konteks Lokal (Budaya) Daerah Bali
Ki Hajar Dewantara |
Alasan kontekstual mengenai penerapan ide/gagasan
sesuai dengan pemikiran KHD tersebut adalah saat ini generasi kita cenderung individualis
sementara dunia kerja menuntut mampu bekerjasama dalam team sehingga anak kita harus diajarkan bekerjasama dalam kelompok,
saling menuntun, berpikir kreatif, kritis, kolaboratif dan mampu berkomunikasi.
Satu contoh ide/gagasan penerapan pemikiran KHD secara kontekstual adalah penerapan metulung tersebut melalui pembelajaran kimia berbasis proyek (Project based Learning) dalam materi titrasi. Kerangka pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan sebuah kasus kontekstual lokal bali tentang produk titrasi misalnya penentuan kadar cuka salak khas Sibetan.
b. Merumuskan pertanyaan mendasar yang harus dipecahkan dengan proyek. Pada tahapan ini peserta didik akan dirangsang berpikir kritis, saling berempati, toleransi dan saling menghargai pendapat temannya.
c. Menyusun rencana proyek. Pada tahapan ini peserta didik akan dirangsang bekerjasama, berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan saling menghargai.
d. Menyusun jadwal kegiatan Proyek. Pada tahapan ini peserta didik juga akan dirangsang bekerjasama, berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan saling menghargai.
e. Mengevaluasi kemajuan proyek. Pada tahapan ini peserta didik disini peserta didik akan dirangsang berpikir reflektif dan evaluatif.
f. Pengujian Hasil. Pada tahapan ini kejujuran dan kemampuan komunikasi peserta didik akan diasah.
g. Evaluasi Pengalaman. Pada tahapan ini peserta didik akan juga dirangsang berpikir reflektif dan evaluatif.
Pembelajaran dengan konsep metulung melalui
pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya dapat diterapkan di tingkat kelas
tetapi juga dapat diterapkan dalam tingkat sekolah. Misalnya dalam merayakan
HUT Sekolah sehingga siswa selalu terangsang untuk bergotong royong melalui
sebuah proyek.
Tantangan yang mungkin akan terjadi dengan penerapan
pembelajaran ini adalah
a. Memerlukan waktu yang lama
b. Sulitnya berkolaborasi dalam kelompok
c. Sulitnya memastikan peserta didik semua berperan aktif dalam pembelajaran.
Solusinya: masalah
memerlukan waktu yang lama dapat diatasi dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran
dan strategi yang tepat misalnya flipped
learning. Masalah lainnya dapat diatasi dengan guru menerapkan filosofi Ki
Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo,
Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Guru harus mampu memberi
contoh pada siswa dalam membangun sebuah proyek yang dapat menjadi teladan
siswa dalam membuat proyeknya sendiri. Dalam pengerjaan proyek guru harus
berada di tengah-tengah siswa untuk memastikan semua siswa berperan aktif dalam
proyek. Apabila proyek terhambat guru harus mampu menjadi pendorong siswa untuk
melanjutkan proyeknya.
Komentar
Posting Komentar